Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kej 2:4-7
Matthew Henry: Kej 2:4-7 - Penciptaan Manusia Penciptaan Manusia (Kejadian 2:4-7)
Di dalam ayat-ayat ini,
I. Sebuah nama diberikan kepada Sang Pencipta yang sampai di sini belum kita tem...
Penciptaan Manusia (Kejadian 2:4-7)
- Di dalam ayat-ayat ini,
- I. Sebuah nama diberikan kepada Sang Pencipta yang sampai di sini belum kita temui, yaitu Yahweh – atau TUHAN (LORD), dengan huruf-huruf besar yang terus digunakan dalam terjemahan bahasa Inggris (dan Indonesia) untuk menyiratkan bahwa dalam bahasa asli, yang dipakai adalah nama Yahweh. Di dalam seluruh pasal pertama Ia disebut Elohim – Allah yang penuh kuasa. Tetapi sekarang Ia disebut Yahweh Elohim – Allah yang penuh kuasa dan kesempurnaan, Allah yang menyelesaikan. Sama seperti kita mendapati bahwa Ia dikenal dengan nama Yahweh ketika menyatakan diri untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya (Kel. 6:3), demikian pula kita mengenal Dia dengan nama itu, ketika Ia telah menyempurnakan apa yang telah dimulai-Nya. Yahweh adalah nama Allah yang agung dan tidak dapat diperkatakan, yang menunjukkan bahwa Ia memiliki keberadaan-Nya dari diri-Nya sendiri, dan Ia memberikan keberadaan kepada semua makhluk. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya Ia disebut dengan nama itu setelah langit dan bumi selesai diciptakan.
- II. Perhatian selanjutnya yang diberikan pada pengadaan tumbuh-tumbuhan dan semak, karena mereka diciptakan dan ditetapkan untuk menjadi makanan bagi manusia (ay. 5-6). Perhatikanlah di sini,
- 1. Bumi tidak menghasilkan buah dengan sendirinya atau melalui kemampuan pembawaannya sendiri, melainkan semata-mata melalui kuasa Allah yang tak terbatas yang membentuk setiap tanaman dan semak sebelum bertumbuh di tanah. Demikian pulalah kasih karunia di dalam jiwa, atau tanaman kemasyhuran, tidak tumbuh dengan sendirinya di tanah, tetapi merupakan hasil karya tangan Allah sendiri.
- 2. Hujan juga merupakan pemberian Allah. Hujan tidak turun sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi. Ketika tidak turun hujan, Allah sendirilah yang menahannya. Ketika hujan turun dengan deras pada musimnya, Allah sendirilah yang menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain (Am. 4:7).
- 3. Walaupun Allah biasanya bekerja dengan menggunakan sarana, Ia tidak terikat pada sarana itu. Sebaliknya, Ia bisa saja melaksanakan pekerjaan-Nya tanpa sarana itu. Sama seperti tumbuh-tumbuhan dijadikan sebelum matahari diciptakan, tanaman juga sudah tumbuh sebelum ada hujan untuk membasahi bumi atau manusia untuk mengolahnya. Oleh sebab itu janganlah kita mencobai Allah bila tidak ada sarana, tetapi justru mempercayakan diri kepada Allah di tengah tiadanya sarana.
- 4. Melalui satu atau lain cara, Allah mampu membasahi tumbuh-tumbuhan yang ditanam-Nya sendiri. Walaupun ketika itu belum ada hujan, Allah menciptakan kabut yang setara dengan hujan, dan dengan kabut itu Ia membasahi seluruh permukaan bumi. Demikianlah Ia memilih untuk mencapai tujuan-Nya melalui sarana yang paling lemah, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah. Kasih karunia ilahi turun bagaikan kabut atau embun yang senyap dan membasahi jemaat tanpa bunyi (Ul. 32:2).
- III. Uraian yang lebih terperinci perihal penciptaan manusia (ay. 7). Manusia bagaikan dunia kecil yang terdiri atas langit dan bumi, jiwa dan tubuh. Di sini kita melihat uraian tentang asal mula dan penyatuan keduanya. Marilah kita merenungkannya dengan sungguh dan berkata untuk memuji Pencipta kita, kejadianku dahsyat dan ajaib (Mzm. 139:14). Pada zaman para bapa leluhur, Elihu merujuk kepada sejarah ini ketika ia berkata (Ayb. 33:6), aku pun dibentuk dari tanah liat, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup (ay. 4), dan juga roh yang di dalam manusia (32:8). Jadi amatilah,
- 1. Asal usul manusia yang bersahaja, tetapi juga susunan tubuhnya yang dibentuk dengan sangat cermat.
- (1) Bahannya sangat hina. Ia dibentuk dari debu tanah, bahan yang sangat sulit dipercaya bisa membentuk manusia. Namun, kuasa tidak terbatas yang telah menciptakan bumi tanpa bahan apa pun, membentuk manusia, karya agung itu, dari bahan yang tidak ada apa-apanya. Ia dibentuk dari debu, debu halus yang menutupi permukaan tanah. Boleh jadi yang digunakan itu bukanlah debu kering melainkan debu yang dibasahi kabut yang naik dari bumi (ay. 6). Ia bukan dibentuk dari debu emas, serbuk mutiara, atau serbuk intan, melainkan debu biasa, debu dari tanah. Itulah sebabnya ia disebut berasal dari debu tanah, choikos– berdebu (1Kor. 15:47). Kita pun berasal dari debu tanah, sebab kita adalah keturunannya, dari cetakan yang sama. Begitu dekatnya pertalian di antara bumi dan orangtua kandung kita, hingga rahim ibu dari mana kita dilahirkan juga disebut bumi (Mzm. 139:15). Dan juga, tanah yang di dalamnya kita akan dikuburkan, disebut kandungan ibu (Ayb. 1:21). Dasar kita ada di dalam debu tanah (Ayb. 4:19). Susunan tubuh kita berasal dari tanah, dan pembentukannya seperti cara membuat bejana dari tanah liat (Ayb. 10:9). Makanan kita dihasilkan dari tanah (Ayb. 28:5). Kedekatan kita adalah dengan tanah (Ayb. 17:14). Bapa-bapa leluhur kita dikubur di dalam tanah, dan ke sanalah juga kita akan berakhir. Jadi apakah yang bisa kita banggakan?
- (2) Walau demikian, Sang Pencipta sungguh agung, dan hasil ciptaannya sangat indah. TUHAN Allah, sumber keberadaan dan kuasa, membentuk manusia. Mengenai makhluk-makhluk lain, dikatakan bahwa semuanya diciptakan dan dibuat, tetapi manusia dikatakan dibentuk, yang menunjukkan proses bertahap dalam karya yang dikerjakan dengan ketepatan dan kecermatan yang tinggi. Untuk mengungkapkan penciptaan makhluk yang baru ini, Ia menggunakan istilah baru, yang (menurut beberapa orang) dipinjam dari kegiatan seorang tukang periuk yang sedang membentuk bejana di atas jentera. Kita tanah liatnya, sedangkan Allah yang membentuk kita (Yes. 64:8). Tubuh manusia dirancang dengan sangat cermat (Mzm. 139:15-16). Materiam superabat opus – Pembuatannya melebihi bahan-bahannya. Biarlah kita mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai persembahan yang hidup (Rm. 12:1), sebagai bait Roh Kudus (1Kor. 6:19), dan kelak tubuh-tubuh fana ini akan dibentuk ulang serupa dengan tubuh Kristus yang mulia (Flp. 3:21).
- 2. Asal usul yang luhur dan kegunaan jiwa manusia yang mengagumkan.
- (1) Jiwa manusia menjadi hidup karena nafas dari sorga dan dihasilkan darinya. Jiwa ini tidak dibuat dari debu tanah seperti halnya tubuh. Karena itu sungguh disayangkan apabila jiwa manusia melekat pada dunia dan mementingkan hal-hal duniawi. Jiwa manusia datang langsung dari Allah. Ia memberikannya untuk berdiam di dalam tubuh (Pkh. 12:7), sama seperti ketika Ia memberikan loh-loh batu dengan tulisan tangan-Nya sendiri untuk disimpan di dalam tabut, dan urim hasil rancangan-Nya sendiri itu untuk ditempatkan di tutup dada Harun. Oleh sebab itu, Allah bukan saja pembentuk, melainkan Bapa segala roh juga. Biarlah jiwa yang diembuskan Allah di dalam diri kita juga bernafas seperti Dia dan diperuntukkan bagi-Nya karena berasal dari Dia. Marilah kita percayakan roh kita ke dalam tangan-Nya, karena dari tangan-Nyalah kita menerimanya.
- (2) Jiwa berdiam di dalam tempat dari tanah liat dan menjadi nyawa serta penyokongnya. Melalui jiwalah manusia menjadi makhluk yang hidup. Artinya, menjadi manusia yang hidup sebab jiwa adalah manusia itu sendiri. Tubuh akan menjadi kerangka yang tidak berharga, tidak berguna, dan menjijikkan apabila jiwa tidak menghidupkannya. Kepada Allah yang memberi jiwa kepada kita, kita harus memberikan pertanggungjawaban tidak lama lagi, perihal bagaimana kita memanfaatkan, menggunakan, menyesuaikan, dan menyia-nyiakannya. Jika kemudian didapati bahwa kita telah kehilangan semua ini, meskipun tujuannya adalah untuk meraih dunia, kita akan binasa selamanya. Mengingat bahwa asal usul jiwa begitu mulia dan sifat serta kemampuannya begitu tinggi, janganlah kita seperti orang-orang bodoh yang memandang rendah jiwa mereka sendiri dengan cara lebih mengutamakan tubuh jasmani (Ams. 15:32). Ketika Yesus Tuhan kita mengoleskan tanah liat ke mata orang buta, mungkin Ia sedang menyiratkan bahwa Dialah yang pertama membentuk manusia dari tanah liat. Ketika Ia mengembusi murid-murid-Nya dan berkata: “Terimalah Roh Kudus,” Ia menyiratkan bahwa Dialah yang pertama mengembuskan kehidupan ke lubang hidung manusia. Hanya Dia yang membuat jiwa sajalah yang mampu membuatnya baru.
SH: Kej 2:1-7 - Enam banding satu (Selasa, 4 Januari 2011) Enam banding satu
Kata "istirahat" dimaknai sebagai berhenti sejenak untuk melepaskan lelah. Lalu bila Allah berhenti dari kegiatan penciptaan alam s...
Enam banding satu
Kata "istirahat" dimaknai sebagai berhenti sejenak untuk melepaskan lelah. Lalu bila Allah berhenti dari kegiatan penciptaan alam semesta (2-3), apakah itu terjadi karena Dia merasa lelah dan perlu berhenti untuk beristirahat? Tentu bukan. Dia berhenti pada hari ketujuh untuk menunjukkan bahwa karya penciptaan-Nya telah selesai.
Seolah sesuatu yang memuncak menjadi klimaks, Allah menyebut segala sesuatu yang Dia ciptakan pada hari kesatu sampai hari kelima sebagai sesuatu yang baik, lalu ciptaan pada hari yang keenam Dia sebut sebagai sesuatu yang amat baik. Kemudian Ia memberkati hari yang ketujuh serta menguduskannya.
Berhentinya Allah pada hari ketujuh memberikan struktur waktu bagi manusia, yaitu ada tujuh hari dalam seminggu. Selama enam hari kita diperintahkan untuk bekerja, sementara pada hari ketujuh kita wajib berhenti dari segala pekerjaan kita untuk kemudian beristirahat. Bukankah cukup banyak waktu yang diberikan kepada kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita? Hari ketujuh itu adalah hari pemulihan bagi diri kita secara keseluruhan. Hari, saat kita bisa berhenti dari rutinitas kerja selama enam hari, saat kita dipulihkan, saat kita bisa bersama-sama saudara seiman datang menghadap Allah sebagai komunitas orang beriman, saat kita bisa menghangatkan kasih, kebersamaan, dan keutuhan dalam keluarga. Dengan demikian, ketika memasuki hari berikut kita bisa berada dalam stamina yang maksimal serta semangat yang penuh untuk kembali beraktivitas. Allah telah merancang kita untuk membutuhkan waktu istirahat, maka jangan kita abaikan pola itu. Bila kita tidak peduli, berarti kita mengurangi keefektifan kita dalam berkarya. Padahal Allah telah memberikan pola yang penting bagi kesehatan dan produktivitas kita dalam berkarya.
Mungkin saja kita memiliki pekerjaan yang tidak memudahkan kita mengambil hari istirahat pada hari Minggu. Namun prinsip yang jelas, ambil waktu bagi diri Anda sendiri, bagi keluarga, bagi persekutuan Anda dengan Tuhan, dan sesama seiman.
SH: Kej 2:4-17 - Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja (Sabtu, 1 Februari 2003) Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja
Seperti kemarin, perbandingan antara wawasan dari narasi
penciptaan di kitab Kejadian dengan...
Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja
Seperti kemarin, perbandingan antara wawasan dari narasi penciptaan di kitab Kejadian dengan wawasan-wawasan dunia menunjukkan keunikan dan keagungan Allah. Kisah-kisah penciptaan agama-agama politeistis purba menempatkan manusia sebagai diciptakan karena kebetulan, atau paling beruntung sengaja diciptakan untuk menjadi babu dari para dewa-dewi. Wawasan dunia modern masa kini menempatkan manusia sebagai sang Ubermensch, manusia super yang eksis demi kebahagiaan dan memanjakan dirnya sendiri tanpa perlu bertanggung jawab kepada otoritas luar lain selain dirinya sendiri.
Dalam nas ini, nyata bagaimana Allah menciptakan manusia bukan untuk menjadi budak-Nya tanpa kemampuan menikmati hidup, tetapi bukan juga untuk bermanja-manja. Memang taman di Eden itu sangat indah. Ada empat sungai yang mengelilingi taman itu; aliran sungai yang juga menjadi lambang kehidupan yang berkelanjutan di tempat tersebut. Allah juga menumbuhkan berbagai pohon yang buahnya menarik, jelas tidak hanya untuk dimakan manusia, tetapi untuk dinikmati oleh mereka. Tetapi, manusia itu ditempatkan di sana bukan untuk menjalani program pensiun dini Ilahi. Allah memberikan dua tanggung jawab spesifik kepada manusia: pertama, mengusahakan dan memelihara taman Eden yang diciptakan Allah itu (ayat 15, 8). Kedua, diserahi kepercayaan untuk tidak melanggar larangan memakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kedua tanggung jawab ini tidak bersifat menindas, tetapi juga tidak memanjakan dan memberikan kemungkinan bagi pendewasaan manusia. Sayang manusia gagal untuk melakukannya.
Renungkan: Hidup hanya akan terasa lebih hidup bila disertai dengan arah hidup dan kesadaran akan tanggung jawab yang jelas. Arah hidup yang sejati itu hanya dapat ditemukan di dalam anugerah keselamatan Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus.
SH: Kej 2:4-17 - Pribadi yang diciptakan (Kamis, 3 April 2008) Pribadi yang diciptakan
Kisah penciptaan kedua ini mengambil pendekatan yang berbeda. Kisah
penciptaan ini memperlihatkan fokus Allah pada manusia...
Pribadi yang diciptakan
Kisah penciptaan kedua ini mengambil pendekatan yang berbeda. Kisah penciptaan ini memperlihatkan fokus Allah pada manusia. Nama Allah yang dipakai sekarang menjadi TUHAN Allah, yaitu Yahweh Elohim. Nama Yahweh digunakan dalam kitab Kejadian dalam konteks relasi Allah dengan manusia, dan nantinya secara khusus dengan umat pilihan-Nya.
Dalam kisah penciptaan yang pertama, Allah berfirman maka segala sesuatu menjadi ada. Dalam pasal kedua ini, kegiatan Allah dalam penciptaan yang disoroti. Kita melihat manusia sebagai karya tangan Allah. Allah sendiri yang membentuk manusia dari debu tanah, lalu dihembuskan napas kehidupan (ayat 4-7). Allah kemudian membangun bagi manusia taman Eden, suatu tempat kehidupan yang asri dan harmonis (ayat 8-14). Dan nanti, dalam perikop sesudah ini (ayat 18-25), kita memperhatikan kegiatan Allah membentuk wanita, sebagai pasangan serasi manusia.
Manusia menjadi pusat perhatian Allah. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paradoks. Manusia adalah pribadi yang diciptakan. Ia adalah makhluk yang tergantung sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Namun dalam kapasitas sebagai gambar Allah, manusia adalah pribadi yang memiliki kebebasan untuk memilih, baik untuk tunduk pada Allah atau melepaskan diri dari Dia. Tentu saja dengan konsekuensi tertentu. Manusia diberi pilihan untuk taat pada tugas yang diberikan Allah yaitu mengelola taman Eden (ayat 15) dan untuk menahan diri dari apa yang sudah ditetapkan Allah agar tidak dilakukan manusia (ayat 16-17).
Godaan terbesar manusia adalah menolak bergantung pada Sang Pencipta, dan berusaha hidup dengan kekuatan dan kebijakannya sendiri. Hasilnya fatal karena meninggalkan Allah berarti melepaskan diri dari sumber hidup. Kita yang sudah ditebus oleh darah Yesus dan menjadi milik Allah lagi, harus menjalankan hidup dengan memberikan kesaksian pada dunia ini bahwa kita adalah milik Allah.
SH: Kej 1:1--2:7 - Allah yang Teratur (Jumat, 20 April 2018) Allah yang Teratur
Hakikat kehidupan berawal dari Allah (1). Allah menciptakan alam semesta dalam keteraturan. Gambaran keteraturan diperlihatkan lew...
Allah yang Teratur
Hakikat kehidupan berawal dari Allah (1). Allah menciptakan alam semesta dalam keteraturan. Gambaran keteraturan diperlihatkan lewat urutan penciptaan. Diawali dengan penciptaan terang (3), cakrawala (6), daratan (9), tumbuh-tumbuhan (11), benda-benda langit (14), binatang air dan udara (20), serta binatang melata (24). Pada puncaknya, Allah menciptakan manusia yang disebut dengan gambar dan rupa Allah (26).
Lewat kisah penciptaan, umat Israel belajar tentang Allah yang adalah asal muasal dari segalanya. Itu sebabnya, umat dipanggil hanya untuk menyembah kepada Allah. Umat juga disadarkan bahwa Allah yang mereka kenal adalah Allah yang teratur. Kekacauan yang merupakan keadaan semesta (1) diubah-Nya menjadi teratur. Dengan demikian, Allah yang umat sembah adalah Allah yang menyukai keteraturan. Umat memeragakan keteraturan lewat ibadah yang mereka jalani, baik ibadah harian maupun ibadah pada hari Sabat.
Dalam rangka memelihara keteraturan itulah, Allah secara khusus menciptakan manusia. Kekhususan ditampakkan lewat adanya percakapan dengan istilah "Kita", sebelum menciptakan manusia (26). Tugas manusia juga disebutkan secara khusus, yaitu memenuhi, menaklukkan, dan berkuasa atas bumi serta ciptaan lainnya (28). Tugas "berkuasa" bukanlah berarti bahwa manusia dapat sewenang-wenang memuaskan hasrat kerakusan dan keserakahannya. Lewat tugas itu, manusia justru dipanggil untuk menjaga dan memelihara bumi dan ciptaan lainnya dalam kondisi baik, sebagaimana saat diciptakan (31). Sebutan "baik" menunjuk pada fungsi dan keindahan. Artinya, tugas utama manusia adalah merawat ciptaan Tuhan agar tatanan tetap teratur dan indah.
Tugas merawat bumi bukanlah tugas yang mudah. Manusia perlu mengelola diri agar dapat hidup dalam keteraturan. Di sini dibutuhkan kemampuan untuk mendisiplinkan diri. Misalnya berdoa dan membaca Alkitab setiap hari secara berkesinambungan. Hal itu memberikan dasar bagi kita untuk hidup bertanggung jawab. [ASP]
SH: Kej 1:1--2:7 - Kacamata Iman (Jumat, 19 April 2024) Kacamata Iman
Kitab Kejadian dengan jelas memberi tahu kita bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada satu pun yang ada dan berbentuk kalau ...
Kacamata Iman
Kitab Kejadian dengan jelas memberi tahu kita bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada satu pun yang ada dan berbentuk kalau bukan Allah yang menciptakannya.
Apa yang Allah kerjakan melampaui apa yang dapat manusia pikirkan. Contohnya, bagaimana kita menjelaskan keberadaan samudera semesta dan Roh Allah yang melayang-layang di atas permukaan air jika cakrawala dan lautan diciptakan pada hari kedua dan ketiga? (1:2, 6-10). Contoh lainnya, bagaimana kita menjelaskan terang pada hari pertama jika benda penerang diciptakan pada hari keempat (1:3, 14-16).
Manusia terus mencari tahu serta membuat berbagai teori untuk memecahkan misteri asal-usul alam semesta, meskipun tidak ada satu pun dari teori itu yang dapat mengungkapkan jawabannya hingga tuntas.
Kitab Kejadian bukanlah buku ilmu pengetahuan, tetapi apa yang tertulis dalam kitab ini dapat dikatakan mendukung bertumbuhnya sains. Allah menciptakan manusia bukannya tanpa akal, tetapi justru Allah memberikan kepada manusia kuasa atas segala ciptaan lainnya dan tugas untuk mengelola bumi (1:26, 28; 2:5). Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan pun ada karena Allah. Karena itu, untuk belajar tentang asal mula dunia ini dan segala sesuatu di dalamnya kita tidak bisa bergantung pada akal manusia saja, tetapi harus menggunakan kacamata iman.
Misteri yang tidak terpecahkan dari kejadian alam mengingatkan kita akan pentingnya iman untuk menjalani hidup kita sebab iman melampaui pengetahuan empiris. Apa yang terlihat belum tentu lengkap dan benar karena penglihatan kita terbatas.
Demikian juga dalam banyak peristiwa dalam kehidupan kita yang kadang penuh misteri. Jika kita menjalaninya dengan mengandalkan kepandaian dan akal manusia, kita tidak akan pernah merasa puas. Sebaliknya, kacamata iman akan menolong kita untuk melihat bahwa Tuhan ada, bahkan terus berkarya dan memelihara kita.
Mari kita terus memandang hidup ini dengan kacamata iman dan memercayakan hidup kita kepada Tuhan, Allah Pencipta yang berdaulat. [STG]
Utley -> Kej 2:4-9
Utley: Kej 2:4-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kej 2:4-94 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, —5 belum...
NASKAH NASB (UPDATED): Kej 2:4-9
4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, —5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; 6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu—7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan mengembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. 8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. 9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:4 "Demikianlah riwayat" Secara hurufiah ini adalah "inilah generasi" (BDB 41 ditambah 410). Frasa ini adalah cara si penulis untuk membagi Kejadian ke dalam segmen-segmen kesastraan (lih. Kej 5:1; 6:9; 10:1; 11:10,27; 25:12,19; 36:1,8; 37:2, yaitu, inilah cara si penulis mengais berdasarkan buku ini). Beberapa ahli melihatnya sebagai pengantar sebuah bagian (yaitu, Derek Kidner) sementara yang lainnya melihatnya sebagai menutup suatu bagian (yaitu, R. K. Harrison dan P. J. Wiseman). Sepertinya ini melakukan keduanya. Ada kemungkinan bahwa Kej 1:1-2:3 berurusan dengan penciptaan dari kosmos dan 2:4-15 berfokus pada penciptaan manusia yang secara kontekstual berhubungan dengan pasal Kej 3; 4.
□ "waktu" Kata Ibrani yom (BDB 398) biasanya digunakan untuk suatu kurun waktu 24-jam. Namun demikian, ini juga digunakan untuk waktu yang lebih panjang sebagai penggambaran (lih. Kej 2:4; 5:2; Rut 1:1; Yes 2:11,12,17; 4:2; Mazm 90:4). Kemungkinan ay. Kej 2:4a adalah sub-judul di bagian atas Mazm 4b memulai diskusinya. Lihat Topik Khusus pada Kej 1:5.
□ "TUHAN Allah" Ini secara hurufiah adalah YHWH Elohim yang menggabungkan dua nama paling lazim bagi Allah. Ini adalah pertama kalinya nama ini disebutkan secara bersama. Banyak para ahli modern menganggap adanya dua penulis untuk Kej 1; 2 karena penggunaan dari nama-nama Ilahi ini. Namun demikian, para rabi menegaskan bahwa nama-nama ini menunjuk pada sifat-sifat keTuhanan: (1) Elohim sebagai pencipta, penyedia, dan pemelihara segenap kehidupan di planet ini (lih. Mazm 19:1-6) dan (2) YHWH sebagai keTuhanan juru selamat, penebus, dan pembuat perjanjian. (lih. Mazm 19:7-14). Secara Teologis ini mengisyaratkan satu-satunya Allah yang hidup dan kekal. Orang Yahudi menjadi takut untuk mengucapkan nama yang kudus ini supaya mereka jangan sampai melanggar perintah untuk tidak menyebut nama Allah dengan sia- sia atau sembarangan. Lalu, mereka menggantikannya dengan istilah Ibrani Adon (suami, pemilik, penguasa, tuan) kapanpun mereka membaca naskah ini dengan keras. Inilah mengapa dalam bahasa Inggris (juga Indonesia) YHWH diterjemahkan sebagai TUHAN.
"bumi dan langit" urutan dari kata-kata ini adalah kebalikan dari ay. Kej 2:1 namun tidak pasti mengapa.
Kej 2:5 "semak apapun di bumi" ini menunjuk pada tanaman-tanaman liar (lih. Kej 21:15; Ayub 30:4,7).
□ "tumbuh-tumbuhan apapun di padang" Ini menunjuk pada tanaman-tanaman rumah tangga yang dibudidayakan.
Kej 2:6 "kabut" Ini (BDB 15, KB 11) adalah sitilah Akkadia bagi (1) banjir atau (2) aliran air bawah tanah. Ini kemungkinan berarti bahwa pengairan terjadi melalui banjir ("(biasanya) naik," BDB 748, KB 828, Qal IMPERFECT). Paralel bahasa Arabnya adalah kabut yang merupakan asal dari terjemahan "embun." Kita mengatakannya embut yang lebat.
Lagi ini mungkin mencerminkan keadaan di Taman Eden saja. Geologi sepertinya meneguhkan hasil purba dari air terhadap permukaan bumi jauh sebelum penciptaan khusus Adam dan Hawa.
Kej 2:7 "membentuk" Secara hurufiah ini berarti "membentuk tanah liat" (BDB 427, KB 428, Qal IMPERFECT, cf. Yer 18:6). Ini adalah istilah ketiga yang digunakan untuk menjelaskan tindakan penciptaan Allah dalam hubungannya dengan manusia ("membuat," Kej 1:26 (BDB 793, KB 889); "menciptakan," Kej 1:27 (BDB 135, KB 153) dan "membentuk," Kej 2:7). PB menyatakan bahwa Yesus adalah pelaku wakil Allah dalam penciptaan (lih. Yoh 1:3; 1Kor 8:6; Kol 1:16; Ibr 1:2).
□ "manusia itu dari debu tanah" Manusia adalah kata Ibrani, Adam (BDB 9), yang berarti (1) suatu permainan dari kata "merah" (lih. Kel 25:5; 28:17; Bil 19:2; Yes 63:2; Za 1:8) atau (2) "tanah" (adamah, lih. ay. Kej 2:6), kemungkinan menyinggung pada "gumpalan tanah liat merah." Ini mencerminkan kerendahan dan kerapuhan manusia. Ada suatu ketegangan dialektika di sini antara tempat manusia yang ditinggikan (diciptakan dalam gambar dan rupa Allah) dan kondisi yang rendah dan rapuh! Binatang dibentuk dengan cara yang sama dalam ay. Kej 2:19. Mungkin juga ini menunjuk pada asal manusia dari debu (lih. Kej 3:19; Mazm 103; Pengkh 12:7). Ini menyatakan manusia sebagai tanah liat dan Allah sebagai Penjunan (lih. Yes 29:16; 45:9; 64:8; Yer 18:6; Rom 9:20-23).
□ "mengembuskan… napas hidup" KATA KERJAnya "mengembuskan" (BDB 655, KB 708) adalah suatu Qal IMPERFECT. KATA BENDA "napas" (BDB 675) menunjukkan bahwa Allah sangat berhati hari dengan penciptaan manusia. Namun demikian, manusia masih secara badani berfungsi seperti juga semua binatang di planet ini (yaitu, bernapas, makan, mengeluarkan, dan berkembang biak). Manusia secara unik dapat berhubungan dengan Allah, namun kita secara rumit terikat pada planet ini. Ada aspek ganda di sifat kita (rohani dan jasmani).
□ "manusia itu menjadi makhluk yang hidup" Manusia menjadi suatu nephesh (BDB 659, KB 711-713), namun demikian pula ternak (lih. Kej 1:24; 2:19). Keunikan manusia adalah pembentukan dan pengembusan secara pribadi oleh Allah. Manusia tidak memiliki jiwa, mereka adalah jiwa! Kita napas adalah suatu kesatuan dari hal jasmani dan rohani. Kita akan selalu memiliki perasaan kejasmanian kecuali untuk status perantara antara kematian dan kebangkitan (lih. 1Tes 4:13-15).
Apakah Adam seorang manusia primitif atau manusia modern? Bagaimana ia berhubungan dengan primata purba lain? Manusia jaman batu ada di daerah Gunung Karmel 200,000 tahun yang lalu. Kapan Adam diciptakan? Apakah ia akhir dari perkembangan atau ia adalah yang pertama dari suatu penciptaan khusus?
Kej 2:8 "taman" Kata ini (BDB 171) digunakan dalam pengertian suatu taman yang tertutup. Septuaginta menerjemahkannya dengan suatu kata bahasa persia, "paradise (firdaus)."
□ "di Eden" Dalam bahasa Ibrani Eden berarti means "kesenangan" atau "tanah bahagia" (BDB 727 III, KB 792 II). Perhatikan taman ini tidak disebut "Eden," namun berlokasi di Eden. Ini secara nyata adalah suatu lokasi geografis, nama suatu tempat. Istilah Sumeria yang berkaitan dapat berarti "dataran subur." Penjelasan dalam ay. Kej 2:8,10-14 sangatlah rinci yang dimaksudkan untuk menyampaikan lokasi tepatnya namun secara geografis lokasi ini tidak diketahui. Kebanyakan komentator menempatkannya (1) di mulut sungai Tigris dan Efrat modern (2) di mata-mata air dari sugai-sungai ini.
Namun demikian, nama dari semua sungai tidaklah cocok dengan geografi modern. Berapa banyak bumi telah diubahkan oleh Air Bah tidaklah pasti. Kemiripan dari catatan Alkitabiah dengan Mesopotamia secara logis akan menempatkan taman ini di Mesopotamia namun ini hanyalah spekulasi. Lihat Siapakah Adam Itu? Oleh Fazale Rana dan Hugh Ross, hal. 46.
Kej 2:9 "pohon kehidupan… pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat" Anak kalimat terakhir ini mungkin ada dalam kurung (lih. Alkitab NET, hal. 7). Kej 3:3 menyatakan bahwa hanya ada satu pohon, sementara Kej 3:22 mengisyaratkan dua pohon. Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tidak memiliki paralel dalam sastra Timur Dekat kuno. Pohon ini tidak bersifat magis, namun sepertinya ini menawarkan kepada manusia suatu jalan untuk berdiri sendiri terpisah dari Allah pencipta mereka atau setidaknya menjanjikan bahwa mereka bisa memperoleh pengetahuan dan wawasan yang setara atau sebanding dengan Allah. Inilah hakikat dari dosa. Mungkin juga bahwa pohon ini menawarkan pada Hawa satu jalan untuk mendominasi Adam, yang melanggar kesetaraan yang diciptakan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kejadian (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian La...
Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian Lama yang pertama dan sebagai pendahuluan yang hakiki dari seluruh Alkitab. Judul kitab ini di dalam bahasa Ibrani diambil dari kata pertamanya, _bereshith_ ("pada mulanya"). Nama "Kejadian" merupakan terjemahan judul Ibrani itu ke bahasa Yunani dan berarti "asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu." Kejadian merupakan "kitab permulaan."
Penulisnya tidak disebutkan dalam kitab ini. Akan tetapi, kesaksian lain dalam Alkitab menunjukkan bahwa Musa merupakan penulis seluruh Pentateukh (yaitu, kelima kitab PL pertama) dan oleh karenanya juga Kejadian (mis. 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 6:18; Neh 13:1; Dan 9:11-13; Mal 4:4; Mr 12:26; Luk 16:29,31; Yoh 7:19-23; Kis 26:22; 1Kor 9:9; 2Kor 3:15). Demikian pula para penulis Yahudi kuno dan para bapa gereja semuanya menyatakan bahwa Musa menjadi penulis/penyusun Kejadian. Karena seluruh sejarah dalam Kejadian terjadi sebelum kehidupan Musa, peranannya dalam menulis Kejadian adalah menyusun, di bawah pengilhaman Roh Kudus, semua catatan lisan dan tulisan yang ada sejak Adam hingga wafatnya Yusuf yang sekarang menjadi isi Kejadian. Yang mungkin merupakan petunjuk dipakainya catatan-catatan sejarah oleh Musa ketika menulis Kejadian ialah bahwa terdapat 11 kali pemakaian "Demikianlah riwayat" atau "Iniliah keturunan" (Ibr. 'elleh toledoth' ) yang dapat diterjemahkan "inilah sejarah oleh" (lih. Kej 2:4; Kej 5:1; Kej 6:9; Kej 10:1; Kej 11:10,27; Kej 25:12,19; Kej 36:1,9; Kej 37:2).
Kejadian mencatat penciptaan, permulaan sejarah manusia, dan asal mula umat Ibrani dan perjanjian Allah dengan mereka melalui Abraham dan leluhur lainnya dengan tepat. Ketepatan sejarahnya selaku Alkitab yang terilham dipastikan dalam PB oleh Tuhan Yesus (Mat 19:4-6; Mat 24:37-39; Luk 11:51; Luk 17:26-32; Yoh 7:21-23; Yoh 8:56-58) dan para rasul (Rom 4:1-25; 1Kor 15:21-22,45-47; 2Kor 11:3; Gal 3:8; Gal 4:22-24,28; 1Tim 2:13-14; Ibr 11:4-22; 2Pet 3:4-6; Yud 1:7,11). Sejarah Kejadian masih diperkuat oleh berbagai penemuan purbakala pada zaman modern. Musa dipersiapkan secara luar biasa melalui pendidikan (Kis 7:22) dan oleh Allah untuk menulis kitab pertama yang unik dalam Alkitab.
Tujuan
Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitabiah selanjutnya. Kejadian memelihara satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, Israel dan sejarah penebusan. Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan melalui keturunan Abraham.
Survai
Kejadian dengan sendirinya terbagi atas dua bagian utama.
- (1) Pasal 1-11 (Kej 1:1--11:32) memberi suatu pandangan luas mengenai permulaan manusia dari Adam hingga Abraham dan berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting.
- (a) Penciptaan: Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam dan Hawa yang ditempatkan-Nya di taman Eden (pasal 1-2; Kej 1:1--2:25).
- (b) Kejatuhan: Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah manusia (pasal 3; Kej 3:1-24).
- (c) Kain dan Habel: Tragedi ini menggerakkan dua arus utama dalam sejarah: peradaban humanistik dan kaum sisa yang tertebus (pasal 4-5; Kej 4:1--5:32).
- (d) Air bah: Dunia purbakala telah demikian jahat pada waktu angkatan Nuh sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal, hanya menyelamatkan Nuh yang benar dan keluarganya sebagai sisa (pasal 6-10; Kej 6:1--10:32).
- (e) Menara Babel: Ketika dunia pasca-air bah bersatu dalam penyembahan berhala dan pemberontakan, Allah membubarkan persatuan mereka dengan mengacaukan bahasa dan kebudayaan serta dengan menyebarkan umat manusia ke seluruh penjuru dunia (pasal 11; Kej 11:1-32).
- (2) Pasal 12-50 (Kej 12:1--50:26) mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui empat bapa leluhur besar -- Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Panggilan Allah kepada Abraham (pasal 12; Kej 12:1-20) dan perlakuan-Nya terhadap Abraham dan keturunannya dalam kaitan dengan perjanjian-Nya merupakan awal yang sangat penting dari pelaksanaan maksud Allah tentang seorang Penebus dan penebusan dalam sejarah. Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf dan perbudakan yang akan datang di Mesir.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Kejadian.
- (1) Kejadian adalah kitab pertama yang ditulis (mungkin kecuali Ayub), dan mencatat permulaan sejarah manusia, dosa, bangsa Ibrani, dan penebusan.
- (2) Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah, dan kemudian menyempit lagi pada sejarah bangsa Ibrani sebagai arus penebusan yang dirunut sepanjang sisa PL.
- (3) Kejadian menyatakan bahwa alam semesta dan hidup di bumi ini adalah jelas karya Allah dan bukan suatu proses lepas dari alam. Lima puluh kali dalam pasal 1-2 (Kej 1:1--2:25) Allah menjadi subyek dari kata kerja yang menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selaku Pencipta.
- (4) Kejadian mengisahkan berbagai peristiwa perdana -- pernikahan pertama, keluarga pertama, kelahiran pertama, dosa pertama, pembunuhan pertama, tokoh poligami pertama, alat-alat musik pertama, janji penebusan pertama, dan sebagainya.
- (5) Perjanjian Allah dengan Abraham, yang dimulai dengan panggilannya (Kej 12:1-3), diresmikan dalam pasal 15 (Kej 15:1-21) dan disahkan dalam pasal 17 (Kej 17:1-27), merupakan inti dari seluruh Alkitab.
- (6) Hanya Kejadian menerangkan asal mula kedua belas suku Israel.
- (7) Kejadian menyatakan bagaimana keturunan Abraham akhirnya tinggal di Mesir (selama 430 tahun) dan demikian menyiapkan untuk keluaran, peristiwa penebusan yang utama dalam PL.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kejadian menyatakan sejarah nubuat penebusan dan seorang Penebus yang akan datang melalui benih wanita (Kej 3:15), melalui keturunan Set (Kej 4:25-26), melalui keturunan Sem (Kej 9:26-27), dan melalui keturunan Abraham (Kej 12:3). PB menerapkan Kej 12:3 langsung pada persediaan Allah untuk penebusan di dalam Yesus Kristus (Gal 3:16,29). Banyak tokoh dan peristiwa dari Kejadian disebut dalam PB berkaitan dengan iman dan kebenaran (mis. Rom 4:1; Ibr 11:1-22), penghakiman oleh Allah (mis. Luk 17:26-29,32; 2Pet 3:6; Yud 1:7,11), dan pribadi Kristus (mis. Mat 1:1; Yoh 8:58; Ibr 7:1).
Full Life: Kejadian (Garis Besar) Garis Besar
I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26)
A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Ke...
Garis Besar
- I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26) - A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Kej 1:1-2:25) - 1. Ringkasan Seluruh Penciptaan
(Kej 1:1-2:4) - 2. Kisah Penciptaan Adam dan Hawa yang Lebih Lengkap
(Kej 2:5-25) - B. Asal Mula Dosa
(Kej 3:1-24) - 1. Pencobaan dan Kejatuhan
(Kej 3:1-6) - 2. Dampak-Dampak Kejatuhan
(Kej 3:7-24) - C. Asal Mula Peradaban
(Kej 4:1-5:32) - 1. Kain: Kebudayaan Kafir
(Kej 4:1-24) - 2. Set: Kaum Sisa yang Benar
(Kej 4:25-26) - 3. Sejarah Silsilah Bapa Leluhur Pra-Air Bah
(Kej 5:1-32) - D. Air Bah: Hukuman Allah Atas Peradaban Purba
(Kej 6:1-8:19) - 1. Kebejatan Universal
(Kej 6:1-8,11-12) - 2. Nuh: Persiapan untuk Menyelamatkan Kaum Sisa yang Benar
(Kej 6:9-22) - 3. Beberapa Pengarahan Terakhir dan Air Bah
(Kej 7:1-8:19) - E. Permulaan Baru bagi Manusia
(Kej 8:20-11:26) - 1. Keturunan Nuh
(Kej 8:20-10:32; dan khususnya Sem, Kej 11:10-26) - 2. Menara Babel
(Kej 11:1-9) - 3. Hubungan Keluarga Antara Sem dengan Abraham
(Kej 11:10-26) - II. Permulaan Bangsa Ibrani
(Kej 11:27-50:26) - A. Abraham
(Kej 11:27-25:18) - 1. Latar Belakang Keluarga Abram
(Kej 11:27-32) - 2. Panggilan dan Perjalanan Iman Abram
(Kej 12:1-14:24) - 3. Perjanjian Allah yang Resmi dengan Abram
(Kej 15:1-21) - 4. Hagar dan Ismael
(Kej 16:1-16) - 5. Perjanjian dengan Abraham Dimeterai dengan Nama Baru dan Sunat
(Kej 17:1-27) - 6. Janji Abraham dan Tragedi Lot
(Kej 18:1-19:38) - 7. Abraham dan Abimelekh
(Kej 20:1-18) - 8. Abraham dan Ishak, Anak Perjanjian
(Kej 21:1-24:67) - 9. Keturunan Abraham
(Kej 25:1-18) - B. Ishak
(Kej 25:19-28:9) - 1. Kelahiran Esau dan Yakub
(Kej 25:19-26) - 2. Esau Menjual Hak Kesulungannya
(Kej 25:27-34) - 3. Ishak, Ribka, dan Abimelekh II
(Kej 26:1-17) - 4. Sengketa Mengenai Sumber Air dan Perpindahan ke Bersyeba
(Kej 26:18-33) - 5. Ishak Memberkati Anak-Anaknya
(Kej 26:34-28:9) - C. Yakub
(Kej 28:10-37:2) - 1. Mimpi dan Perjalanan Yakub
(Kej 28:10-22) - 2. Yakub dengan Laban di Haran
(Kej 29:1-31:55) - 3. Yakub dan Esau Berdamai Kembali
(Kej 32:1-33:17) - 4. Yakub Kembali ke Tanah Perjanjian
(Kej 33:18-35:20) - 5. Keturunan Yakub dan Esau
(Kej 35:21-37:2) - D. Yusuf
(Kej 37:2-50:26) - 1. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Kanaan
(Kej 37:2-36) - 2. Yehuda dan Tamar
(Kej 38:1-30) - 3. Ujian dan Kenaikan Pangkat Yusuf di Mesir
(Kej 39:1-41:57) - 4. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Mesir
(Kej 42:1-45:28) - 5. Ayah dan Saudara-Saudara Yusuf Pindah ke Mesir
(Kej 46:1-47:26) - 6. Hari-Hari dan Nubuat-Nubuat Terakhir Yusuf dan Kematiannya
(Kej 47:27-50:14) - 7. Ringkasan Yusuf
(Kej 50:15-26)
Matthew Henry: Kejadian (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab...
- Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab ini adalah kitab terbaik yang pernah ditulis dan yang tiada bandingannya, kitab segala kitab, yang bersinar seperti matahari dalam cakrawala pembelajaran. Buku-buku lain yang berharga dan berguna, seperti halnya bulan dan bintang, meminjam cahaya mereka darinya. Kita menyebutnya Kitab Suci, sebab kitab itu ditulis oleh orang-orang suci, dan digubah oleh Roh Kudus. Kitab itu secara sempurna bebas dari segala kesalahan dan niat jahat. Tujuannya yang nyata-nyata bisa disaksikan oleh pikiran adalah memajukan kekudusan di tengah-tengah manusia. Perkara-perkara besar dari hukum dan Injil Allah di sini dituliskan untuk kita, agar semua perkara itu bisa diringkas dalam kepastian yang lebih besar, agar bisa menyebar lebih luas, bertahan lebih lama, dan bisa diteruskan ke tempat-tempat yang jauh dan masa-masa ke depan dengan lebih murni dan utuh daripada yang mungkin dilakukan melalui laporan mulut dan tradisi. Karena itu, sangat besarlah pertanggungjawaban kita jika sampai perkara-perkara yang perlu untuk damai sejahtera kita ini, setelah diserahkan kepada kita dalam hitam di atas putih seperti itu, kita abaikan begitu saja sebagai perkara yang aneh dan asing (Hos. 8:12). Naskah-naskah atau tulisan-tulisan dari beberapa penulis yang terilhami, mulai dari Musa sampai Rasul Yohanes, digabung bersama-sama dalam Alkitab yang terberkati ini. Di dalam tulisan-tulisan ini cahaya ilahi bersinar secara perlahan-lahan, seperti cahaya pagi, sampai seluruh kumpulan suci ini menjadi lengkap seperti sekarang ini. Syukur kepada Allah, sekarang kita memilikinya di tangan kita, dan tulisan-tulisan itu membuat hari benar-benar cerah, sebagaimana yang kita harapkan terjadi di sisi seberang sorga ini. Setiap bagiannya adalah baik, tetapi semua bagian secara keseluruhan amatlah baik. Inilah pelita yang bercahaya di tempat yang gelap itu (2Ptr. 1:19), dan tanpa Alkitab, dunia ini menjadi tempat yang gelap.
- Di hadapan kita ada bagian dari Alkitab yang kita sebut Perjanjian Lama, yang berisi berbagai perbuatan dan segala kenangan tentang jemaat Allah mulai dari penciptaan sampai mendekatnya kedatangan Kristus dalam rupa daging, yang kira-kira empat ribu tahun lamanya. Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan pada waktu itu, hukum-hukum yang ditetapkan pada waktu itu, ibadah-ibadah yang dijalankan pada waktu itu, nubuatan-nubuatan yang diberikan pada waktu itu, dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut jemaat khusus itu, pengetahuan tentang semuanya ini disimpan bagi kita sejauh itu dipandang sesuai oleh Allah. Kitab ini disebut perjanjian, atau wasiat (diatheke), sebab kitab itu merupakan pernyataan tetap akan kehendak Allah berkenaan dengan manusia dalam bentuk persetujuan, dan akan berlaku apabila si pemberi wasiat sudah mati, Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Kitab ini disebut Perjanjian Lama, dalam hubungannya dengan Perjanjian Baru, yang tidak membatalkan dan menggantikannya, tetapi memahkotai dan menyempurnakannya, dengan mendatangkan pengharapan yang lebih baik itu, yang diperlambangkan dan dinubuatkan di dalamnya. Perjanjian Lama masih tetap mulia, walaupun Perjanjian Baru jauh melampauinya dalam kemuliaan (2Kor. 3:9).
- Di hadapan kita ada bagian dari Perjanjian Lama itu yang kita sebut Pentateukh, atau kelima kitab Musa, hamba Tuhan yang mengungguli semua nabi lain itu, dan yang memperlambangkan Sang Nabi Besar itu. Kitab-kitab Perjanjian Lama ini dibagi oleh Juruselamat kita ke dalam hukum, kitab-kitab para nabi, dan mazmur, atau hagiograf (tulisan-tulisan – pen.), dan kelima kitab ini adalah hukum. Sebab, kelima-limanya tidak saja berisi hukum-hukum yang diberikan kepada Israel, dalam empat kitab terakhir, tetapi juga hukum-hukum yang diberikan kepada Adam, kepada Nuh, dan kepada Abraham, dalam kitab pertama. Kelima kitab ini, sejauh yang kita ketahui, adalah kitab-kitab pertama yang pernah ditulis. Sebab, tidak disebutkan sedikit pun tentang tulisan lain dalam seluruh Kitab Kejadian, tidak pula sampai Allah menyuruh Musa untuk menulis (Kel. 17:14). Dan sebagian orang berpendapat bahwa Musa sendiri tidak pernah belajar menulis sampai Allah menunjukkan kepadanya salinan tulisan-Nya dalam Sepuluh Perintah Allah pada loh-loh batu. Bagaimanapun juga, kita yakin bahwa kelima kitab ini adalah tulisan-tulisan paling kuno yang masih ada sekarang, dan oleh sebab itu yang paling baik dalam memberi kita penjelasan yang memuaskan tentang perkara-perkara yang paling kuno.
- Di hadapan kita ada kitab yang pertama dan terpanjang dari kelima kitab itu, yang kita sebut Kejadian, yang ditulis, menurut sebagian orang, ketika Musa berada di Midian, untuk mengajar dan menghibur saudara-saudaranya yang menderita di Mesir. Tetapi saya lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di padang gurun, setelah ia berada di gunung bersama Allah, di mana, ada kemungkinan, ia menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk menuliskannya. Dan, sama seperti Musa membentuk Kemah Suci, demikian pula ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih bertahan lama untuk kitab ini, persis seperti rancangan yang ditunjukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang diperolehnya di gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara yang termuat di sini daripada yang bisa dipastikan di dalam tradisi-tradisi lain yang kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah, dari Metusalah ke Sem, dari Sem ke Abraham, dan seterusnya sampai kepada keluarga Yakub. Kejadian atau Genesis adalah nama yang dipinjam dari bahasa Yunani. Kata itu berarti asal-usul, atau silsilah. Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini adalah sejarah asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya bangsa-bangsa, dan terutama penanaman jemaat Allah, dan keadaannya pada masa-masa awal. Kitab ini juga merupakan sejarah keturunan, yakni keturunan Adam, Nuh, Abraham, dan seterusnya. Ini silsilah tanpa akhir, tetapi berguna. Permulaan Perjanjian Baru juga disebut Kejadian (Mat. 1:1), Biblos geneseos, kitab kejadian, atau silsilah, dari Yesus Kristus. Terpujilah Allah untuk kitab Perjanjian Baru itu, yang menunjukkan kepada kita obat penyembuh, sementara kitab Perjanjian Lama ini membuka luka kita. Tuhan, bukakanlah mata kami, agar kami dapat melihat perkara-perkara yang ajaib baik dari Taurat-Mu maupun dari Injil-Mu!